animasi daun

Selasa, 04 November 2014

CONTOH CERPEN



Pacarku dari Planet Lain
Karya : Lusiana Puspita S


“Kamis, 12 Desember 2012. Ini catatan 1 bulan terakhirku di bumi dari sekian tahun yang kujalani. Aku sudah tak sabar untuk pulang ke planet kelahiranku yakni planet  Zahara untuk menjadi  ahli matematika untuk planetku. Aku tak sabar menunggu waktu itu datang. Setelah menyelesaikan pendidikanku di bumi, aku akan segera kembali dan mengabdikan diriku untuk planetku.” Tertulis dalam diaryku.
“Em, kapan 1 bulan terakhir ini berakhir? Aku sudah gak sabar buat pulang ke planet kelahiranku dan bertemu denganmu Tomy, pacarku. Aku sangat merindukanmu sayang. Tunggu aku, sebentar lagi aku akan pulang. Kamu jangan selingkuh di sana karena aku masih kepadamu.” Desahku sambil menatap papan tulis yang ada di depan tempat dudukku.
“Iya sayang.” Jawab Tina, sahabat ku di bumi. Seketika saja aku terkejut dan secara alamiah langsung melihat siapa yang menjawab pernyataanku tadi.
“Ih Tina, kamu ini usil banget sih, aku kan sedang asik.” Kataku.
“Hehe, maaf ya Naura. Aku kan hanya bercanda. Jangan marah ya.” Jawab Tina.
“Iya gak papa kok Tina. Oya Tina, aku pingin kasih tau kamu kalo aku bentar lagi pulang ke planetku.” Tanyaku.
“Aku gimana dong Ra? Aku kan jadi sendirian kalau kamu balik ke planet mu.”
“Makanya kamu ikut dong, biar kita sama-sama terus.”
“Akukan  makhluk planet bumi bukan planet Zahara, emang aku bisa ya tinggal di sana?”
“Bisa dong. Buktinya aku bisa tinggal di Bumi kan?”
“Em, iya sih, tapi gak mau lah.”
“loh, kenapa? Kata kamu, kamu penasaran sama keadaan planet kelahiranku?”
“Ya aku kan gak mau pisah sama my Hunny Bunny Ringgo, Naura.” Jawabnya sambil cengar cengir.
“Ah kamu ini ada-ada aja deh.” Jawabku.
“Eh Naura, terus gimana dong dengan Ando? Dia kan cinta banget sama kamu. Dia rela mati demi kamu loh.” Sahut Tina kembali.
“Entah ya Tin, aku bingung deh sama Ando. Padahal, dia kan udah tau kalo aku  udah punya pacar di planetku sana. Eh, dia masih aja ngejar-ngejar aku.” Jelasku.
“Itu tandanya emang dia bener-bener sayang sama kamu Naura. Dia ngejar-ngejar kamu  udah lama loh. Em, kira-kira berapa tahun ya?”
“Tiga tahun Tin. Sejak aku dipindahkan di universitas ini.”
“Nah, gitu kamu tau. Gitu ya kamu kok gak kamu ngasih dia kesempatan buat jadi pacarmu loh.” Jawabnya dengan nada heran.
“Aku gak bisa Tin, karena itu melanggar peraturan di planet kami. Kalau di planet kami, pasangan itu harus setia hingga mereka meninggal. Jika itu gak dipatuhi, bisa-bisa pasangan yang gak setia itu di kirim ke planet Pluto. Di sana dia akan di siksa sampai dia meninggal. Dan dapat hidup kembali  100 abad kemudian. Ngeri kan?” Jelasku.
“Ih, amit-amit deh. Jangan sampai deh kamu kayak gitu.” Jawabnya.
“Nah, makanya itu kenapa aku gak nerima Ando.” Jawabku.
“Iya deh Ra. Oya kamu ada jam kuliah lagi abis ini?”
“Gak ada Tin. Kenapa?” Jawabku.
“Pulang bareng yuk.” Ajaknya.
“Kamu gak pulang sama Ringgo?” Tanyaku.
“Dia akhir-akhir ini sibuk banget.” Jelasnya.
“Oh gitu. Yaudah,  ayo pulang.”
“Ayo. Tapi Ra, aku capek loh. Bisa gak kamu menggunakan kekuatanmu untuk menghilang?”
“Kamu pingin menghilang?”
“Hehehe,  iya Ra. Aku juga kan pingin ngerasain menghilang. Jugaan kan udah 2 tahun lebih aku jadi sahabatmu. Yang bener aja kamu belum pernah ngajak aku menghilang.”
“Ah yang bener sih Tin?” Tanyaku.
“Iya Ra.” Jawab Tina.
“Hehehe, yaudah deh jangan marah. Maaf ya. Tapi sekarang akan ku penuhi keinginanmu untuk menghilang.”
“Yang bener Ra?”
“Iya dong. Kamu siap Menghilang?”
“Ya, aku siap banget.”
“Simsalabim.” Seketika itu Aku dan Tina sampai di kos-kosan.
“Udah sampai Tin.”
“Wah cepatnya. Emang enak punya sahabat dari planet lain.” Sahut Tina sambil tersenyum.
“Ah kamu ini bisa-bisa aj deh.”
“Oya Ra, boleh aku Tanya sama kamu?”
“Tanya aja kali Tin.”
“Kamu bisa gak melihat dari jauh?”
“Maksudnya gimana ya Tin? Aku kurang ngerti.”
“Itu lo, kamu bisa gak lihat orang yang keberadaannya jauh. “
“Oh, bisa sih, tapi itu cuma berlaku dalam 1 planet yang sama.”
“Loh kok gitu?”
“Au juga gak tau Tin. Makanya aku sering galau sendiri.”
“Galau kenapa?”
“Ya, terkadang aku ragu sama Tomy. Dia bisa gak bertahan dalam hubungan ini. Jangan- jangan dia selingkuh saat aku di bumi. Secara ya Tin, aku sama Tomy udah lama gak bisa berkomunikasi. Soalnya ya masalah ini. Gimana coba kalo Tomy punya pacar lain?”
“Ya, berpikir positif aja Ra. Kan katamu kalo dia selingkuh, pasangan itu kan di asingkan ke planet Pluto sampai mereka meninggal.”
“Iya sih Tin. Tapi akhir-akhir ini aku bermimpi buruk. Mimpi itu seperti nyata. Dalam mimpi  itu mengatakan bahwa Tomy ada cewek lain.”
“Mungkin mimpi itu yang salah. Udah gak usah dipikirin. Mending kamu fokus pada kuliahmu dulu. Setelah itu, kan kamu bisa kembali ke planetmu dan  bisa buktiin kenyataannya. Ye, semangat Naura.”
“Semangat.” Jawabku sambil tersenyum.
“Oy, tadi katamu, kamu bisa lihat dalam 1 planet kan? Bisakah kamu melihat sedang apa my Hunny Bunny Ringgoku?” Tanyanya.
“Ya, tunggu sebentar.” Jawabku.
Selang beberapa menit kemudian.
“Dia sedang apa Ra?” Tanya Tina dengan nada penasaran.
“Dia sedang ada jam kuliah Tin.” Jawabku
“Yes, ternyata yang dibilang orang-orang itu bohong. Yang bener aja mereka bilang kalau Ringgo itu pengoleksi cewek.  Em, sekarang aku lega deh jadinya. Makasih ya atas bantuannya. Aku mau mandi dulu ya Ra.” Jawab Tina dengan nada gembira.
“Maaf ya Tina, Aku udah bohong sama kamu. Sebenarnya, Ringgo tadi lagi sama cewek lain. Mereka deket banget. Sampai-sampai tak ada batas. Aku lakuin ini karena aku gak mau kamu sakit hati. Maaf Tina.” Ucapku dalam hati.

***

Jam masih menunjukkan pukul 08:00 WIB, aku bangun pagi-pagi sekali untuk pergi ke Kampus. Sebagai sahabat yang baik, aku berencana untuk menemui Ringgo tanpa sepengetahuan Tina untuk meminta keterangan lebih lanjut mengenai masalah dia dengan Tina.
“Kamu ada jam kuliah sepagi ini to Ra?” Tanya Tina.
“Gak ada sih.” Jawabku.
“Lah, kamu mau ngapain pagi-pagi gini mau ke kampus?”
“Ada urusan Tin.”
“Oh, sok sibuk kamu Ra. Hehehe.” Jawab Tina sambil tersenyum.
“Biasalah, orang penting. Hehehe.” Jawabku sambil bergurau. “Aku berangkat ke kampus ya? Kamu hari ini gak ada kuliah to?” Tambahku.
“Gak ada nih.”
“Oh, ya sudah. Aku berangkat.”
“Hati-hati.”
Untuk lebih cepat aku sampai ke kampus, aku gunakan kekuatanku untuk menghilang. Benar saja, hanya beberapa detik, aku pun sudah sampai di kampus. Aku pun segera mencari Ringgo. Ku cari-cari dia kemana-mana, dan akhirnya kutemukan dia di taman fakutas pertaniaan, tempat biasa dia nongkrong dengan teman-temannya. Saat itu dia sedang asik mengobrol dengan teman-temannya.
“Ringgo, bisa kita bicara sebentar?” Tanya ku.
“Ada apa ya Tin?”
“Sebentar saja.”
“Mau bicara dimana?”
“Yang penting jangan di tempat ini.”
“Baiklah.”
Kami pun berjalan ke kantin kampus sekalian untuk sarapan. Dan sesampainya di sana, tak butuh waktu lama, aku pun segera mengintograsinya.
“Kamu mau bicara tentang apa? Kita kan gak ada urusan apa pun.” Kata Ringgo.
“Ada. Banyak malahan. Gini aja deh singkatnya. Kenapa kamu giniin Tina, sahabatku?” Tanyaku.
“Giniin gimana? Aku sedang gak ada masalah sama Tina.” Jawabnya dengan nada heran.
“Aku tahu kemarin kamu sedang sama cewek lain.” Jelasku.
“Ah yang bener? Salah liat kali kamu?” Jawabnya.
“Udah deh, gak usah ngeles. Kamu ada pacar lain kan selain Tina?” Tanyaku kembali.
“Mending kamu periksa mata dulu deh.” Jawab Ringgo.
“Aku benar-benar gak habis pikir deh. Kurang apa coba Tina? Kurang cantik? Gak juga, buktinya banyak juga yang naksir dia. Kurang baikkah? Bohong, dia sudah sangat baik sekali sama kamu. Kurang apa?” tanyaku dengan nada sedikit agak tinggi.
“Kamu mau tau kekurangan dia? Dia itu masih kayak anak-anak. Aku capek ngadepin dia. Jugaan aku sudah bosen sama dia.”
“Tega kamu Ringgo.” Jawab Tina yang sambil menampar Ringgo karena ia sudah tak tahan lagi mendengarkannya di belakang.
“Eh, Tina? Kok kamu ada di sini?.” Sahutku dengan heran.
“Kamu ini kenapa tiba-tiba  menampar aku kayak gini?” Jawab Ringgo dengan nada seolah-olah ia tak mengerti semuanya.
“Kenapa? Sok gak salah kamu. Aku sudah mendengarkannya dari awal. Dasar kamu lelaki buaya darat. Sekarang aku minta putus sama kamu.” Jawab Tina.
“Oke fine. Kita putus. Lagi pula aku sudah bosan sama tindakan kekanak-kanakanmu itu.” Jawab Ringgo.
“Oke, kita putus.” Sahut Tina.
Langsung saja Tina berjalan keluar dari kantin disusul oleh ku. Aku merasa tak enak hati dengan Tina. Maka dari itu, aku mengajaknya bicara di luar kantin.
“Tin, bisa bicara sebentar?” Tanyaku.
“Kamu mau bicara apa?” Jawabnya dengan nada marah.
“Aku bisa jelasin ini semua Tin. Maafkan aku.” Jawabku.
“Cukup. Aku sudah tahu yang semuanya Ra. Makasi udah membohongiku.” Sahut Naura.
“Jangan marah Tin. Aku melakukan ini supaya kamu gak sakit hati.”
“Tapi, pada akhirnya aku sakit hati juga.”
“Maaf. Aku sudah membohongimu. Aku memang sahabat yang buruk.”
“Itu emang benar. Sahabat mana yang membohongi sahabatnya sendiri.” Jawab Tina dengan nada sinis.
“Maafkan aku Tina. Kumohon. Aku tak akan membohongimu lagi.” Sahutku.
“Sudahlah, nasi sudah menjadi bubur. Aku menyesal menjadikanmu sahabatku.” Jawab Tina dengan nada marah.
“Tina, maafkan aku.” teriakku ketika ia berjalan lebih cepat sehingga ia meninggalkanku.
Itu awal keadaan yang menjadikanku dengan Tina berdiam-diaman. Tina marah padaku karena masalah itu. Aku pun memakluminya, karena aku sadar, tak ada seorang pun yang mau dibohongi. Hingga H-2, ia belum bisa memaafkanku. Selama itu, aku sudah berusaha untuk Tina memaafkanku. Namun, itu pun hasilnya nol. Maka dari itu aku meminta bantuan pada Ando untuk membujuk Tina agar memaafkanku. Karena aku tak mau apabila aku kembali ke planetku, aku masih mempunyai salah. Kemudian, aku pun menceritakan semuanya pada Ando. Dan Ando pun bersedia membantuku.
Keesokan harinya, Ando sengaja menemui Tina untuk membujuknya agar memaafkan aku. Dia berusaha meyakinkan Tina bahwa aku benar-benar minta maaf dan tidak akan melakukannya lagi.
“Sendirian aja Tin. Naura kemana? Biasanya kamu kemana-mana sama Naura.” Tanya Ando.
“Pliss, jangan sebut nama itu di depanku.” Kata Tina.
“Em, sepertinya ada yang lagi marahan deh.”
“Kamu ada perlu apa sama aku? Kalo soal Naura, jangan tanya sama aku. Dia bukan siapa-siapa ku lagi.”
“Sebenarnya itu yang mau aku bicarakan denganmu. Naura udah cerita semuanya sama aku Tin.”
“Dasar cewek pembohong itu emang bener-bener keterlaluan. Udah suka bohong, dia juga suka ember.”
“Dia bohong demi kebaikanmu Tin. Jadi tolong maafkan dia. Dia juga berjanji untuk tidak mengulanginnya lagi.”
“Kebaikan yang apa yang dia maksud? Kebaikan buat aku sakit hati?”
“Dia tak berniat seperti itu Tin. Tolonglah maafkan dia. Besok, dia akan kembali ke planetnya.”
“Ya, itu sepertinya lebih baik.”
“Kamu ini manusia apa bukan sih? Suruh memaafkan sesama aja susah banget. Allah aja sang pemaaf. Inget ya Tin, manusia itu tak lepas dari dosa. Kalo kamu marah sama Naura karena dia membohongimu, kamu akan menyesal nantinya. Kamu lebih parah dan lebih jahat apabila kamu gak maafin Naura. Aku pergi dulu. Bye.” Jawab Ando dengan nada sedikit tinggi sambil meninggalkan Tina sendiri.
“Benar juga sih yang dikatakan Ando, aku lebih jahat apabila aku tidak memaafkan Naura. Lagi pula aku sudah berteman lama dengan Naura. Dia juga baru membohongiku sekali itu saja. Mungkin benar yang dikatakanya, ia membohongiku agar aku tak sakit hati, walaupun akhirnya aku sakit hati sama Ringgo bukan Naura. Aku harus meminta maaf. Ya, tak usah berpikir lama. Aku harus menemui Naura untuk minta maaf. ” Jawab Tina dalam hatinya.
Tina pun bergegas pergi ke kos-kosan mereka dulu untuk menemui Naura. Karena pada saat Tina sedang marah dengan Naura, Tina memutuskan untuk pindah kos-kosan. Tina pergi dengan menggunakan motor yang ia miliki. Sesampainya di sana, ia tak lagi menemukan Naura. Ia mencari-cari Naura. Dan dia pun bertanya ke sana sini tentang keberadaan Naura. Akan tetapi hasilnya nol. Sampai waktu itu datang, waktu dimana Naura akan kembali ke planetnya, ia pun tak kunjung menemukan Naura. Akhirnya ia memutuskan untuk bertanya kepada Ando.
“Ando, kamu tau keberadaan Naura sekarang? Aku ingin menemuinya untuk meminta maaf padanya. Aku sadar aku salah apabila aku tak memberinya maaf.” Kata Tina.
“Nah itu kamu menyadarinya. Tapi kamu telat mencarinya. Naura sudah kembali ke planetnya. Dia menitip salam padamu. Katanya dia minta maaf padamu. Dia memang sahabat yang buruk untukmu. Dan terima kasih untukmu karena kamu sudah menjadikan dia sahabatmu selama ini. Dia tak akan melupakanmu.” Jawab Ando.
“Apa? Dia sudah kembali? Kenapa dia tak berpamitan denganku. Dia benar-benar sahabat yang buruk. Maafkan aku Naura, aku terlambat menyadarinya.” Jawabnya sambil meneteskan air mata.
“Nasi sudah menjadi bubur Tin. Sudahlah, jangan kamu tangisi yang sudah terjadi. Sekarang yang penting adalah kamu sudah memaafkannya. Mungkin dia sudah lega di sana dengan semua ini. Dan dia juga tak membencimu di sana. Oya, ada satu lagi pesan dia ke kamu, katanya, jangan sekali-kali ketika menangis sendiri kamu memandangi bintang-bintang di langit, karena dia dapat melihatnya.” Jawab Ando.
“Ya, aku mengerti Do. Terima kasih sudah mengingatkanku.” Jawab Tina.
“It’s oke Tin. Kita kan teman. Sebagai teman kita harus saling mengingatkan.” Jawabnya.

***
1 bulan kemudian.

Malam itu udara sangat dingin sekali. Di kamar kos, Tina menghabiskan waktunya sendiri. Sendiri, sunyi, dan sepi. Tak ada  teman yang menemaninya. Dalam hatinya berkata “Andai kamu di sini wahai sahabatku Naura, pasti aku tak akan kesepian seperti ini. Maafkan aku karena aku telah menyia-nyiakanmu. Besok pagi adalah hari wisuda kita. Akankah kamu datang? Ah, sepertinya itu gak mungkin. Tapi, aku berharap kamu datang agar aku bisa memperbaiki kesalahanku. Ah, sudahlah, aku harus segera tidur karena besok aku akan bangun pagi-pagi sekali.”
Keesokan harinya, Tina pun bangun pagi-pagi untuk mempersiapkan wisudanya. Dia tak mau hari wisudanya ini menjadi kacau karena ia tak terlihat cantik. Maka dari itu, sekitar pukul 06:00, ia sudah di salon. Di salon sangat ramai sekali, sehingga ia harus mengantri dengan pelanggan salon yang lain. Tak sengaja ia melihat keluar, ada sesosok wanita yang sangat mirip dengan Naura di seberang jalan. Tina pun memanggilnya, akan tetapi wanita itu tak mendengarkannya. Karena ia semakin penasaran, ia pun mencoba menghampirinya, tetapi wanita itu telah pergi jauh. Ia pun mengurungkan niatnya dan menelan rasa kepenasarannya. Kemudian,  ia pun kembali ke salon tempat ia akan dirias. Setelah selesai mengantri dan dirias, Tina pun segera pergi ke kampus untuk menghadiri pesta wisudanya. Sesampainya di kampus, ia pun segera bergabung bersama teman-temannya. Tak disangka-sangka, ada seorang wanita yang menyapa dirinya dari belakang.
“ Hai Tina.” Kata wanita itu. Tina pun segera menolehnya karena ia penasaran akan siapa yang memanggilnya.
“Iya. Maaf kamu siapa ya?” Jawabnya.
“Yang bener aja kamu gak mengenaliku sih.” Jawab wanita itu.
“Em, suaramu seperti Naura. Apa jangan-jangan kamu Naura?”
“Yaps, bener banget Tina. Ini aku Naura.”
“Ya ampun Naura, kamu cantik banget deh. Aku sampai tak mengenalimu.”
“Ah yang bener? Kamu juga cantik banget hari ini. Oya Tin, aku minta maaf, karena aku telah membohongimu. Tolong maafkan aku Tin.” Kataku.
“Aku sudah memaafkanmu Ra. Aku juga minta maaf kerena egoku. Aku menyadari bahwa setiap manusia itu tak luput dari kesalahan.” Jawab Tina.
“Aku memaklumimu Tin.” Sahutku.
“Kapan kamu datang ke bumi Tin?”
“Kemarin.”
“Oh, kemarin. Oya, aku tadi melihat wanita yang sepertimu di seberang jalan saat aku di salon.” Jelasnya.
“Oh, yang tadi pagi itu ya? Tadi pagi juga, saat aku sedang di seberang  jalan, aku dengar ada yang memanggilku, tetapi ku cari-cari sepertinya tak ada.”
“Itu aku Ra. Berarti aku tak salah liat saat tadi pagi.”
“Ya, aku pun tak salah dengar juga dong.” Jawabku sambil tertawa.
“Oya, gimana hubunganmu dengan Tomy?” Tanyanya.
“Berakhir tragis Tin.” Jawabku.
“Kok bisa?” tanyanya kembali.
“Bener mimpiku waktu itu Tin. Dia sudah punya pacar baru saat aku sedang di bumi. Sekarang mereka kini diasingkan ke planet plato.” Jawabku.
“Itu sepertinya pantas untuknya.”
“Ya aku pikir juga seperti itu. Em, sepertinya bener katamu waktu itu deh Tin tentang Ando. Coba aja waktu itu bisa diulang, pasti aku gak akan sia-siain Ando. Aku menyesal telah menyia-nyia kan dia. Harusnya waktu itu, aku terima dia.” Jawabku dengan nada menyesal.
“Tak usah disesali, karena itu telah terjadi. Lagi pula masalah itu takkan membuatmu menyesal seumur hidupmu.” Sahut Ando yang tiba-tiba datang dari depan kami.
“Maksudnya Do?” Jawabku.
“Naura, mau gak kamu jadi pacarku?” Jawab Ando.
“Em, aku akan menyesal seumur hidup jika aku menolak mu.” Jawabku.
“Makasih sayang udah mau nerima aku.” Jawab Ando.
“Itu mungkin balasan untukmu cinta dan perhatianmu ke aku selama ini.” Jawabku.
“Cie, cie, kalian bikin aku iri hati aja. Selamat ya.” Sahut Tina sambil tersenyum.
“Iya, makasih Tin.” Jawabku.
“Semoga hubungannya langgeng ya.” Tambahnya.
“Amin. Kamu memang sahabatku yang paling baik.” Jawabku sambil memeluk Tina. “Dan kamu adalah pacarku yang top banget.” Tambahku kepada Ando sambil kupegang tangannya.  


SEKIAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar