Pacarku dari
Planet Lain
Karya : Lusiana Puspita
S
“Kamis, 12 Desember
2012. Ini catatan 1 bulan terakhirku di bumi dari sekian tahun yang kujalani.
Aku sudah tak sabar untuk pulang ke planet kelahiranku yakni planet Zahara untuk menjadi ahli matematika untuk planetku. Aku tak sabar
menunggu waktu itu datang. Setelah menyelesaikan pendidikanku di bumi, aku akan
segera kembali dan mengabdikan diriku untuk planetku.” Tertulis dalam diaryku.
“Em, kapan 1 bulan
terakhir ini berakhir? Aku sudah gak sabar buat pulang ke planet kelahiranku
dan bertemu denganmu Tomy, pacarku. Aku sangat merindukanmu sayang. Tunggu aku,
sebentar lagi aku akan pulang. Kamu jangan selingkuh di sana karena aku masih kepadamu.”
Desahku sambil menatap papan tulis yang ada di depan tempat dudukku.
“Iya sayang.” Jawab
Tina, sahabat ku di bumi. Seketika saja aku terkejut dan secara alamiah
langsung melihat siapa yang menjawab pernyataanku tadi.
“Ih Tina, kamu ini usil
banget sih, aku kan sedang asik.” Kataku.
“Hehe, maaf ya Naura.
Aku kan hanya bercanda. Jangan marah ya.” Jawab Tina.
“Iya gak papa kok Tina.
Oya Tina, aku pingin kasih tau kamu kalo aku bentar lagi pulang ke planetku.”
Tanyaku.
“Aku gimana dong Ra? Aku
kan jadi sendirian kalau kamu balik ke planet mu.”
“Makanya
kamu ikut dong, biar kita sama-sama terus.”
“Akukan makhluk planet bumi bukan planet Zahara,
emang aku bisa ya tinggal di sana?”
“Bisa
dong. Buktinya aku bisa tinggal di Bumi kan?”
“Em,
iya sih, tapi gak mau lah.”
“loh,
kenapa? Kata kamu, kamu penasaran sama keadaan planet kelahiranku?”
“Ya aku kan gak mau
pisah sama my Hunny Bunny Ringgo, Naura.” Jawabnya sambil cengar cengir.
“Ah
kamu ini ada-ada aja deh.” Jawabku.
“Eh Naura, terus gimana
dong dengan Ando? Dia kan cinta banget sama kamu. Dia rela mati demi kamu loh.”
Sahut Tina kembali.
“Entah ya Tin, aku
bingung deh sama Ando. Padahal, dia kan udah tau kalo aku udah punya pacar di planetku sana. Eh, dia
masih aja ngejar-ngejar aku.” Jelasku.
“Itu tandanya emang dia
bener-bener sayang sama kamu Naura. Dia ngejar-ngejar kamu udah lama loh. Em, kira-kira berapa tahun
ya?”
“Tiga
tahun Tin. Sejak aku dipindahkan di universitas ini.”
“Nah,
gitu kamu tau. Gitu ya kamu kok gak kamu ngasih dia kesempatan buat jadi
pacarmu loh.” Jawabnya dengan nada heran.
“Aku gak bisa Tin,
karena itu melanggar peraturan di planet kami. Kalau di planet kami, pasangan
itu harus setia hingga mereka meninggal. Jika itu gak dipatuhi, bisa-bisa pasangan
yang gak setia itu di kirim ke planet Pluto. Di sana dia akan di siksa sampai
dia meninggal. Dan dapat hidup kembali
100 abad kemudian. Ngeri kan?” Jelasku.
“Ih, amit-amit deh.
Jangan sampai deh kamu kayak gitu.” Jawabnya.
“Nah,
makanya itu kenapa aku gak nerima Ando.” Jawabku.
“Iya
deh Ra. Oya kamu ada jam kuliah lagi abis ini?”
“Gak
ada Tin. Kenapa?” Jawabku.
“Pulang
bareng yuk.” Ajaknya.
“Kamu
gak pulang sama Ringgo?” Tanyaku.
“Dia
akhir-akhir ini sibuk banget.” Jelasnya.
“Oh
gitu. Yaudah, ayo pulang.”
“Ayo. Tapi Ra, aku
capek loh. Bisa gak kamu menggunakan kekuatanmu untuk menghilang?”
“Kamu
pingin menghilang?”
“Hehehe, iya Ra. Aku juga kan pingin ngerasain
menghilang. Jugaan kan udah 2 tahun lebih aku jadi sahabatmu. Yang bener aja
kamu belum pernah ngajak aku menghilang.”
“Ah
yang bener sih Tin?” Tanyaku.
“Iya
Ra.” Jawab Tina.
“Hehehe, yaudah deh
jangan marah. Maaf ya. Tapi sekarang akan ku penuhi keinginanmu untuk
menghilang.”
“Yang
bener Ra?”
“Iya
dong. Kamu siap Menghilang?”
“Ya,
aku siap banget.”
“Simsalabim.”
Seketika itu Aku dan Tina sampai di kos-kosan.
“Udah
sampai Tin.”
“Wah
cepatnya. Emang enak punya sahabat dari planet lain.” Sahut Tina sambil
tersenyum.
“Ah
kamu ini bisa-bisa aj deh.”
“Oya
Ra, boleh aku Tanya sama kamu?”
“Tanya
aja kali Tin.”
“Kamu
bisa gak melihat dari jauh?”
“Maksudnya
gimana ya Tin? Aku kurang ngerti.”
“Itu
lo, kamu bisa gak lihat orang yang keberadaannya jauh. “
“Oh,
bisa sih, tapi itu cuma berlaku dalam 1 planet yang sama.”
“Loh
kok gitu?”
“Au
juga gak tau Tin. Makanya aku sering galau sendiri.”
“Galau
kenapa?”
“Ya, terkadang aku ragu
sama Tomy. Dia bisa gak bertahan dalam hubungan ini. Jangan- jangan dia selingkuh
saat aku di bumi. Secara ya Tin, aku sama Tomy udah lama gak bisa
berkomunikasi. Soalnya ya masalah ini. Gimana coba kalo Tomy punya pacar lain?”
“Ya, berpikir positif
aja Ra. Kan katamu kalo dia selingkuh, pasangan itu kan di asingkan ke planet
Pluto sampai mereka meninggal.”
“Iya sih Tin. Tapi
akhir-akhir ini aku bermimpi buruk. Mimpi itu seperti nyata. Dalam mimpi itu mengatakan bahwa Tomy ada cewek lain.”
“Mungkin mimpi itu yang
salah. Udah gak usah dipikirin. Mending kamu fokus pada kuliahmu dulu. Setelah
itu, kan kamu bisa kembali ke planetmu dan
bisa buktiin kenyataannya. Ye, semangat Naura.”
“Semangat.” Jawabku
sambil tersenyum.
“Oy, tadi katamu, kamu
bisa lihat dalam 1 planet kan? Bisakah kamu melihat sedang apa my Hunny Bunny
Ringgoku?” Tanyanya.
“Ya, tunggu sebentar.”
Jawabku.
Selang beberapa menit
kemudian.
“Dia sedang apa Ra?”
Tanya Tina dengan nada penasaran.
“Dia sedang ada jam
kuliah Tin.” Jawabku
“Yes, ternyata yang
dibilang orang-orang itu bohong. Yang bener aja mereka bilang kalau Ringgo itu
pengoleksi cewek. Em, sekarang aku lega
deh jadinya. Makasih ya atas bantuannya. Aku mau mandi dulu ya Ra.” Jawab Tina
dengan nada gembira.
“Maaf ya Tina, Aku udah
bohong sama kamu. Sebenarnya, Ringgo tadi lagi sama cewek lain. Mereka deket
banget. Sampai-sampai tak ada batas. Aku lakuin ini karena aku gak mau kamu
sakit hati. Maaf Tina.” Ucapku dalam hati.
***
Jam masih menunjukkan
pukul 08:00 WIB, aku bangun pagi-pagi sekali untuk pergi ke Kampus. Sebagai
sahabat yang baik, aku berencana untuk menemui Ringgo tanpa sepengetahuan Tina
untuk meminta keterangan lebih lanjut mengenai masalah dia dengan Tina.
“Kamu
ada jam kuliah sepagi ini to Ra?” Tanya Tina.
“Gak
ada sih.” Jawabku.
“Lah,
kamu mau ngapain pagi-pagi gini mau ke kampus?”
“Ada
urusan Tin.”
“Oh,
sok sibuk kamu Ra. Hehehe.” Jawab Tina sambil tersenyum.
“Biasalah, orang
penting. Hehehe.” Jawabku sambil bergurau. “Aku berangkat ke kampus ya? Kamu
hari ini gak ada kuliah to?” Tambahku.
“Gak ada nih.”
“Oh,
ya sudah. Aku berangkat.”
“Hati-hati.”
Untuk lebih cepat aku
sampai ke kampus, aku gunakan kekuatanku untuk menghilang. Benar saja, hanya
beberapa detik, aku pun sudah sampai di kampus. Aku pun segera mencari Ringgo. Ku
cari-cari dia kemana-mana, dan akhirnya kutemukan dia di taman fakutas pertaniaan,
tempat biasa dia nongkrong dengan teman-temannya. Saat itu dia sedang asik
mengobrol dengan teman-temannya.
“Ringgo,
bisa kita bicara sebentar?” Tanya ku.
“Ada
apa ya Tin?”
“Sebentar
saja.”
“Mau
bicara dimana?”
“Yang
penting jangan di tempat ini.”
“Baiklah.”
Kami pun berjalan ke
kantin kampus sekalian untuk sarapan. Dan sesampainya di sana, tak butuh waktu
lama, aku pun segera mengintograsinya.
“Kamu
mau bicara tentang apa? Kita kan gak ada urusan apa pun.” Kata Ringgo.
“Ada. Banyak malahan.
Gini aja deh singkatnya. Kenapa kamu giniin Tina, sahabatku?” Tanyaku.
“Giniin
gimana? Aku sedang gak ada masalah sama Tina.” Jawabnya dengan nada heran.
“Aku
tahu kemarin kamu sedang sama cewek lain.” Jelasku.
“Ah
yang bener? Salah liat kali kamu?” Jawabnya.
“Udah
deh, gak usah ngeles. Kamu ada pacar lain kan selain Tina?” Tanyaku kembali.
“Mending
kamu periksa mata dulu deh.” Jawab Ringgo.
“Aku benar-benar gak
habis pikir deh. Kurang apa coba Tina? Kurang cantik? Gak juga, buktinya banyak
juga yang naksir dia. Kurang baikkah? Bohong, dia sudah sangat baik sekali sama
kamu. Kurang apa?” tanyaku dengan nada sedikit agak tinggi.
“Kamu mau tau kekurangan
dia? Dia itu masih kayak anak-anak. Aku capek ngadepin dia. Jugaan aku sudah
bosen sama dia.”
“Tega kamu Ringgo.”
Jawab Tina yang sambil menampar Ringgo karena ia sudah tak tahan lagi
mendengarkannya di belakang.
“Eh, Tina? Kok kamu ada
di sini?.” Sahutku dengan heran.
“Kamu ini kenapa
tiba-tiba menampar aku kayak gini?”
Jawab Ringgo dengan nada seolah-olah ia tak mengerti semuanya.
“Kenapa? Sok gak salah
kamu. Aku sudah mendengarkannya dari awal. Dasar kamu lelaki buaya darat.
Sekarang aku minta putus sama kamu.” Jawab Tina.
“Oke fine. Kita putus.
Lagi pula aku sudah bosan sama tindakan kekanak-kanakanmu itu.” Jawab Ringgo.
“Oke, kita putus.”
Sahut Tina.
Langsung saja Tina
berjalan keluar dari kantin disusul oleh ku. Aku merasa tak enak hati dengan
Tina. Maka dari itu, aku mengajaknya bicara di luar kantin.
“Tin, bisa bicara
sebentar?” Tanyaku.
“Kamu
mau bicara apa?” Jawabnya dengan nada marah.
“Aku
bisa jelasin ini semua Tin. Maafkan aku.” Jawabku.
“Cukup.
Aku sudah tahu yang semuanya Ra. Makasi udah membohongiku.” Sahut Naura.
“Jangan
marah Tin. Aku melakukan ini supaya kamu gak sakit hati.”
“Tapi,
pada akhirnya aku sakit hati juga.”
“Maaf.
Aku sudah membohongimu. Aku memang sahabat yang buruk.”
“Itu emang benar.
Sahabat mana yang membohongi sahabatnya sendiri.” Jawab Tina dengan nada sinis.
“Maafkan aku Tina.
Kumohon. Aku tak akan membohongimu lagi.” Sahutku.
“Sudahlah, nasi sudah
menjadi bubur. Aku menyesal menjadikanmu sahabatku.” Jawab Tina dengan nada
marah.
“Tina, maafkan aku.”
teriakku ketika ia berjalan lebih cepat sehingga ia meninggalkanku.
Itu awal keadaan yang
menjadikanku dengan Tina berdiam-diaman. Tina marah padaku karena masalah itu. Aku
pun memakluminya, karena aku sadar, tak ada seorang pun yang mau dibohongi. Hingga
H-2, ia belum bisa memaafkanku. Selama itu, aku sudah berusaha untuk Tina
memaafkanku. Namun, itu pun hasilnya nol. Maka dari itu aku meminta bantuan
pada Ando untuk membujuk Tina agar memaafkanku. Karena aku tak mau apabila aku
kembali ke planetku, aku masih mempunyai salah. Kemudian, aku pun menceritakan
semuanya pada Ando. Dan Ando pun bersedia membantuku.
Keesokan harinya, Ando
sengaja menemui Tina untuk membujuknya agar memaafkan aku. Dia berusaha
meyakinkan Tina bahwa aku benar-benar minta maaf dan tidak akan melakukannya
lagi.
“Sendirian
aja Tin. Naura kemana? Biasanya kamu kemana-mana sama Naura.” Tanya Ando.
“Pliss,
jangan sebut nama itu di depanku.” Kata Tina.
“Em,
sepertinya ada yang lagi marahan deh.”
“Kamu ada perlu apa
sama aku? Kalo soal Naura, jangan tanya sama aku. Dia bukan siapa-siapa ku
lagi.”
“Sebenarnya itu yang
mau aku bicarakan denganmu. Naura udah cerita semuanya sama aku Tin.”
“Dasar cewek pembohong
itu emang bener-bener keterlaluan. Udah suka bohong, dia juga suka ember.”
“Dia bohong demi
kebaikanmu Tin. Jadi tolong maafkan dia. Dia juga berjanji untuk tidak
mengulanginnya lagi.”
“Kebaikan yang apa yang
dia maksud? Kebaikan buat aku sakit hati?”
“Dia tak berniat
seperti itu Tin. Tolonglah maafkan dia. Besok, dia akan kembali ke planetnya.”
“Ya,
itu sepertinya lebih baik.”
“Kamu ini manusia apa
bukan sih? Suruh memaafkan sesama aja susah banget. Allah aja sang pemaaf.
Inget ya Tin, manusia itu tak lepas dari dosa. Kalo kamu marah sama Naura
karena dia membohongimu, kamu akan menyesal nantinya. Kamu lebih parah dan
lebih jahat apabila kamu gak maafin Naura. Aku pergi dulu. Bye.” Jawab Ando dengan
nada sedikit tinggi sambil meninggalkan Tina sendiri.
“Benar juga sih yang
dikatakan Ando, aku lebih jahat apabila aku tidak memaafkan Naura. Lagi pula
aku sudah berteman lama dengan Naura. Dia juga baru membohongiku sekali itu
saja. Mungkin benar yang dikatakanya, ia membohongiku agar aku tak sakit hati,
walaupun akhirnya aku sakit hati sama Ringgo bukan Naura. Aku harus meminta
maaf. Ya, tak usah berpikir lama. Aku harus menemui Naura untuk minta maaf. ”
Jawab Tina dalam hatinya.
Tina pun bergegas pergi
ke kos-kosan mereka dulu untuk menemui Naura. Karena pada saat Tina sedang
marah dengan Naura, Tina memutuskan untuk pindah kos-kosan. Tina pergi dengan
menggunakan motor yang ia miliki. Sesampainya di sana, ia tak lagi menemukan
Naura. Ia mencari-cari Naura. Dan dia pun bertanya ke sana sini tentang
keberadaan Naura. Akan tetapi hasilnya nol. Sampai waktu itu datang, waktu
dimana Naura akan kembali ke planetnya, ia pun tak kunjung menemukan Naura.
Akhirnya ia memutuskan untuk bertanya kepada Ando.
“Ando, kamu tau
keberadaan Naura sekarang? Aku ingin menemuinya untuk meminta maaf padanya. Aku
sadar aku salah apabila aku tak memberinya maaf.” Kata Tina.
“Nah itu kamu
menyadarinya. Tapi kamu telat mencarinya. Naura sudah kembali ke planetnya. Dia
menitip salam padamu. Katanya dia minta maaf padamu. Dia memang sahabat yang
buruk untukmu. Dan terima kasih untukmu karena kamu sudah menjadikan dia
sahabatmu selama ini. Dia tak akan melupakanmu.” Jawab Ando.
“Apa? Dia sudah
kembali? Kenapa dia tak berpamitan denganku. Dia benar-benar sahabat yang
buruk. Maafkan aku Naura, aku terlambat menyadarinya.” Jawabnya sambil
meneteskan air mata.
“Nasi sudah menjadi
bubur Tin. Sudahlah, jangan kamu tangisi yang sudah terjadi. Sekarang yang
penting adalah kamu sudah memaafkannya. Mungkin dia sudah lega di sana dengan
semua ini. Dan dia juga tak membencimu di sana. Oya, ada satu lagi pesan dia ke
kamu, katanya, jangan sekali-kali ketika menangis sendiri kamu memandangi
bintang-bintang di langit, karena dia dapat melihatnya.” Jawab Ando.
“Ya, aku mengerti Do.
Terima kasih sudah mengingatkanku.” Jawab Tina.
“It’s oke Tin. Kita kan
teman. Sebagai teman kita harus saling mengingatkan.” Jawabnya.
***
1 bulan kemudian.
Malam itu udara sangat
dingin sekali. Di kamar kos, Tina menghabiskan waktunya sendiri. Sendiri,
sunyi, dan sepi. Tak ada teman yang
menemaninya. Dalam hatinya berkata “Andai kamu di sini wahai sahabatku Naura,
pasti aku tak akan kesepian seperti ini. Maafkan aku karena aku telah
menyia-nyiakanmu. Besok pagi adalah hari wisuda kita. Akankah kamu datang? Ah,
sepertinya itu gak mungkin. Tapi, aku berharap kamu datang agar aku bisa
memperbaiki kesalahanku. Ah, sudahlah, aku harus segera tidur karena besok aku
akan bangun pagi-pagi sekali.”
Keesokan harinya, Tina
pun bangun pagi-pagi untuk mempersiapkan wisudanya. Dia tak mau hari wisudanya
ini menjadi kacau karena ia tak terlihat cantik. Maka dari itu, sekitar pukul
06:00, ia sudah di salon. Di salon sangat ramai sekali, sehingga ia harus
mengantri dengan pelanggan salon yang lain. Tak sengaja ia melihat keluar, ada
sesosok wanita yang sangat mirip dengan Naura di seberang jalan. Tina pun
memanggilnya, akan tetapi wanita itu tak mendengarkannya. Karena ia semakin
penasaran, ia pun mencoba menghampirinya, tetapi wanita itu telah pergi jauh. Ia
pun mengurungkan niatnya dan menelan rasa kepenasarannya. Kemudian, ia pun kembali ke salon tempat ia akan dirias.
Setelah selesai mengantri dan dirias, Tina pun segera pergi ke kampus untuk
menghadiri pesta wisudanya. Sesampainya di kampus, ia pun segera bergabung
bersama teman-temannya. Tak disangka-sangka, ada seorang wanita yang menyapa
dirinya dari belakang.
“ Hai Tina.” Kata
wanita itu. Tina pun segera menolehnya karena ia penasaran akan siapa yang
memanggilnya.
“Iya.
Maaf kamu siapa ya?” Jawabnya.
“Yang
bener aja kamu gak mengenaliku sih.” Jawab wanita itu.
“Em,
suaramu seperti Naura. Apa jangan-jangan kamu Naura?”
“Yaps,
bener banget Tina. Ini aku Naura.”
“Ya
ampun Naura, kamu cantik banget deh. Aku sampai tak mengenalimu.”
“Ah yang bener? Kamu
juga cantik banget hari ini. Oya Tin, aku minta maaf, karena aku telah
membohongimu. Tolong maafkan aku Tin.” Kataku.
“Aku sudah memaafkanmu
Ra. Aku juga minta maaf kerena egoku. Aku menyadari bahwa setiap manusia itu
tak luput dari kesalahan.” Jawab Tina.
“Aku
memaklumimu Tin.” Sahutku.
“Kapan
kamu datang ke bumi Tin?”
“Kemarin.”
“Oh, kemarin. Oya, aku
tadi melihat wanita yang sepertimu di seberang jalan saat aku di salon.”
Jelasnya.
“Oh, yang tadi pagi itu
ya? Tadi pagi juga, saat aku sedang di seberang
jalan, aku dengar ada yang memanggilku, tetapi ku cari-cari sepertinya
tak ada.”
“Itu aku Ra. Berarti
aku tak salah liat saat tadi pagi.”
“Ya,
aku pun tak salah dengar juga dong.” Jawabku sambil tertawa.
“Oya,
gimana hubunganmu dengan Tomy?” Tanyanya.
“Berakhir
tragis Tin.” Jawabku.
“Kok
bisa?” tanyanya kembali.
“Bener mimpiku waktu
itu Tin. Dia sudah punya pacar baru saat aku sedang di bumi. Sekarang mereka
kini diasingkan ke planet plato.” Jawabku.
“Itu sepertinya pantas
untuknya.”
“Ya aku pikir juga
seperti itu. Em, sepertinya bener katamu waktu itu deh Tin tentang Ando. Coba
aja waktu itu bisa diulang, pasti aku gak akan sia-siain Ando. Aku menyesal
telah menyia-nyia kan dia. Harusnya waktu itu, aku terima dia.” Jawabku dengan
nada menyesal.
“Tak usah disesali,
karena itu telah terjadi. Lagi pula masalah itu takkan membuatmu menyesal
seumur hidupmu.” Sahut Ando yang tiba-tiba datang dari depan kami.
“Maksudnya Do?”
Jawabku.
“Naura, mau gak kamu
jadi pacarku?” Jawab Ando.
“Em, aku akan menyesal
seumur hidup jika aku menolak mu.” Jawabku.
“Makasih sayang udah
mau nerima aku.” Jawab Ando.
“Itu mungkin balasan
untukmu cinta dan perhatianmu ke aku selama ini.” Jawabku.
“Cie,
cie, kalian bikin aku iri hati aja. Selamat ya.” Sahut Tina sambil tersenyum.
“Iya,
makasih Tin.” Jawabku.
“Semoga
hubungannya langgeng ya.” Tambahnya.
“Amin. Kamu memang
sahabatku yang paling baik.” Jawabku sambil memeluk Tina. “Dan kamu adalah
pacarku yang top banget.” Tambahku kepada Ando sambil kupegang tangannya.
SEKIAN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar